Tembakdalam69
Mingguqq Mingguqq 126domino M88Domino Ceritabokep88

Cerita Dewasa Desi Mahasiswi Jilbab Montok serta Seksi

Tembakdalam69.blogspot.com,  Cerita Ngentot - Cerita Dewasa Desi Mahasiswi Jilbab Montok serta Seksi. “tolong ke ruangan aku sebentar” sesuatu pesan singkat dari dosen dan merupakan juga pembimbing gw dulu. Dari ruang kerja kecil di sudut gedung dosen, gw beranjak ke sekretariat jurusan, menemui Bu Laras di ruangannya. “kamu, masih sibuk penelitian? Kelas banyak?”

Cerita Dewasa Hardik bu Laras ketika gw sedang mengcover pintu ruang sekre. “enggak sih bu, kenapa ya?” gw masih bingung dengan pada waktu ini. “saya boleh minta tolong, ambil alih kelas aku. aku sesegera mungkin ke aussie” pinta beliau setelah itu. ya, setahun sehabis lulus gw masih mengabdi di kampus, menolong dosen studi serta mengajar di mata kuliah basis. Bu Laras ialah satu dosen senior di jurusan gw, idealisme membuatnya dimusuhi jurusan. serta gw dapat dikatakan pembelajar kesayangannya. Ia sendiri bukan cuma mengajar di kampus ini, namun juga mempunyai tingkat dosen di salah satu perguruan tinggi di Adelaide.

Cerita Dewasa Desi Mahasiswi Jilbab Montok serta Seksi

Cerita Dewasa Desi Mahasiswi Jilbab Montok serta Seksi

Cerita Dewasa Desi Mahasiswi Jilbab Montok serta Seksi

Cerita Sex Pembicaraan memakan masa hingga 3 jam, pasal gw sesegera mungkin mengajar di fakultas sebelah, serta bukan mata kuliah dasar, melainkan mata kuliah status 3 serta menjadi bahan skripsi gw dulu. Bu Laras menunjuk gw sebagai penggantinya pasal beliau menganggap gw kompeten buat mengajar ini. perkuliahan baru dimulai minggu depan. Jatah 2 kelas tambahan diberikan, bikin masa istirahat serta studi gw berkurang, meski pundi keuangan bertambah. bisa jadi di kampus ini gw terbilang satu dari sebagian dosen muda yang bengal (ga nurut peraturan). 

Mengajar dengan gaya urakan macam pembelajar. Beliau sendiri yang pernah bilang kalo dosen ditinjau dari otaknya, bukan gayanya. Nah, mata kuliah yang beliau memberi ini adanya di fakultas sebelah, yang aturannya lebih ketat. Mengharuskan gw berpakaian lebih sopan (sedikit) CERITA DEWASA, CERITA SEX, CERITA NGENTOT, CERITA MESUM

Selasa, 9.30 pagi

Gw telat di hari pertama gw masuk. Kemeja pendek dilapis blazer buat menutupi tattoo di tangan kiri gw menjadi style andalan. Masih stereotip kalo orang bertattoo itu urakan, meski di fakultas asal, gw dapat seenaknya ngajar make lengan pendek. Pintu gw buka, gw duduk di meja dosen bersetara dengan mengeluarkan daftar kedatangan. sebagian mahasiswi agak tercengang, menatap dosen dengan jenggot tebal, rambut sebahu serta diikat.

“selamat siang, bu Laras ga dapat menghadiri kuliah ini pasal sesegera mungkin penelitian, sy wapol akan menukar beliau” kata gw membuka kelas. Dari jumlah 23 orang di kelas, mayoritas ialah pria, sial. Namun adanya satu mahasiswi yang merampok pandangan gw, dari daftar kedatangan gw tau namanya Desi. Duduk di baris tengah, dengan rambut sebahu yang digerai, perawakan tinggi padat. Mengenakan kemeja merah tipis dengan jeans. kulit kuning langsat lebih memilih putih dengan wajah khas metropolitan (muka anak gaul)

Suasana hening perlahan cair ketika gw mulai materi. Gw bukan tipikal dosen penting pasal sepanjang kuliah gw belajar kalo dosen terlampau penting hanya membuat setres. pembelajar juga merasai kalo gw ga seseram penampakannya. Kelas ini diantaranya kelas yang kooperatif. Saling lempar persoalan yang terkadang berbalut canda Cerita Mesum

Minggu kedua

Seperti biasa gw masuk serta memberitahukan materi. 15 menit berlalu serta pintu tetiba diketuk. Desi masuk dengan muka agak panik, “maaf mas telat, boleh masuk?” ya menjadi aturan kelas kalo haram hukumnya manggil gw pak. Sekilas gw menatap pukul tangan, telatnya belum terlampau jauh mengingat kelas mempunyai waktu dalam 3 jam, jadi gw persilahkan dia masuk tetapi duduk di row paling depan. Desi duduk tepat berseberangan dengan gw.

Cerita Dewasa Desi Mahasiswi Jilbab Montok serta Seksi


1 pukul berlalu, materi hampir selesai, gw membagikan sebagian soal latihan buat dikerjakan, setelah itu duduk kembali di meja dosen. Saat itu Desi memakaikan kemeja biru muda berbahan serupa dengan satin yang cukup menerawang, ditambah keringat yang masih bercucuran serta bikin.

Kemejanya sedikit basah. bersetara dengan sesekali menjawab persoalan dari pembelajar lain, gw merampok pandang ke arah Desi. Gw baru merasai di balik kemejanya ia cuma mengenakan bra, ketika ia menoleh ke belakang serta terpampang jelas garis bra dari balik kemejanya.

15 menit berselang, ia tetiba membuka kancing paling atas kemejanya serta mengipas-kipaskan kerah kemejanya. “panas banget ih” gerutunya. Gw berupaya merampok pandang ke balik kemejanya. Belahan dada yang sekilas terlihat, mencilat di pasal keringat yang masih membasahi badannya. berkeinginan kelas lebih lama terjadi supaya gw lebih lama memperhatikan badan Desi.

Kelas ini agak unik, meski sehabis pukul selesai, banyak yang belum membubarkan diri. serta terhadap akhrinya gw mulai menyatu. Di kelas profesional, di luar kelas ngerokok bareng. Rian, salah satu pembelajar bilang amat jarang dosen di fakultas ini ga ngasih jark ke mahasiswanya ampe mau ngerokok bareng. rujukan oleh gw sih yang serius di kelas profesional, di luar kita teman

Minggu ke-5

Minggu ini presentasi sebagian kelompok. Desi memakaikan kaos putih berbalut kardigan biru tua. bersetara dengan menunggu kelompoknya maju, ia duduk di baris depan. sehabis gw suruh ia duduk di baris depan, ia lebih memilih memilih baris depan bersama dua temannya. Kaos yang ia pakai mempunyai belahan rendah serta cukup memprediksi. Samar terlihat bra berwarna hitam dari balik kaosnya.

Ukuran font presentasi yang kecil bikin Desisesegera mungkin memicingkan matanya serta sedikit condong ke depan. Gw yang duduk di meja depan memperoleh suguhan belahan dada yang cukup terlihat dari balik kaosnya yang jelas jelas kendor. Satu momen ketika ia menanyakan serta kardigannya agak turun, gw baru merasai jikalau bukan kaos yang ia pakai, tetapi tanktop dengan belahan samping yang lebih rendah dari belahan depannya. bikin bra hitamnya terlihat jelas. Ditambah gumpalan dada yang mencuat layaknya bra tak dapat menahannya.

Desi layaknya sadar kalo gw lihat, tetapi gw Sengaja ga mengalihkan perhatian gw serta tetap memandang belahan dadanya. Ia sedikit menatap ke bawah, ke arah dadanya serta sadar kalo agak sedikit terbuka, namun bukannya menarik ke atas tanktopnya, ia justru membiarkannya serta berlaga layaknya ga adanya yang terjadi. buat sebagian menit sampai presentasi selesai gw bebas buat terus menatap dadanya. Satu momen ia bahkan sengaja menekan dadanya ke tengah dengan merapatkan kedua tangannya.

“iya kan mas?… mas?” persoalan dari seorang pembelajar yang lagi presentasi layaknya membangunkan gw. “ah, iya kurang lebih layaknya itu” jawab gw sekenanya bersetara dengan menatap ppt serta mencoba mengikut apakah yang sedang dipertanyakan. Sekilas gw menatap ke arah Desi, iya tertawa kecil bersetara dengan mengcover mulutnya dengan tangannya. “jadi, dia sengaja?” logikakan gw

Minggu ke 7

Seminggu sebelum UTS, kaitan gw serta kelas ini makin dekat. sebagian anak adanya yang menghubungi gw, mulai dari nanya materi, sampai nanya mata kuliah lain. Hari ini, layaknya berbeda, Desi memakaikan rok sepan pendek hitam, dengan kemeja merah (berbeda dengan sebagian minggu lalu), serta blazer. “mau lamaran kerja?” canda gw ke Desi. Gw sadari sebagian anak juga berpakaian lebih rapi dari kebiasaannya. “ada presentasi untuk UTS mas abis ini, sesegera mungkin rapi” jawab Desi. Make sense.

Cerita Dewasa Desi Mahasiswi Jilbab Montok serta Seksi


Seperti biasa, Desi  duduk di row depan, berhadapan dengan meja gw. berhubung ini hampir materi terakhir sebelum UTS, gw merekap sebagian materi yang gw ajarkan. Posisi Desi yang Berposisi di pojok, membuatnya sesegera mungkin duduk agak menyamping supaya menatap papan tulis. Awalnya biasa, namun tetiba Desi melebarkan kakinya. gw masih beranalogi positif jikalau itu cuma habit duduknya. Namun beberpa lama ia tak merubah posissinya.

Gw yang berdiri di sisi papan tulis yang dekat meja gw, menjadi dekat dengan Desi. Penasaran gw ngetes apakah Desi benar-benar pamer untuk gw, gw menulis lagi sebagian poin materi. Ketika membalikan tubuh layaknya ingin menjelaskan, dengan sengaja gw menjatuhkan spidol gw. gw setelah itu jongkok mengambil spidol bersetara dengan menatap ke arah Desi, lebih tepatnya ke arah roknya. kondisi ini harusnya Desi dengan cepat merapatkan kakinya, tetapi ia tetap membuka lebar kakinya sehingga gw menatap area dalam paha mulusnya.

Kalo gw lebih jongkok atau menatap lebih lama harusnya gw dapat menatap celana dalamnya, tetapi suasana ga memungkinkanSambil. memaparkan mata gw memandang semua mahasiswa, serta sampai akhirnya menatap Desi. Ia tersenyum sebentar, senyuman penuh kode, setelah itu baru merapatkan kakinya. apakah maknanya ini? Kelas selesai dengan kepala gw penuh persoalan apakah maksud Desi. tetapi gw gak berupaya buat memikirkannya terlampau dalam, bisa jadi ia hanya menggoda.

Siang menuju sore itu gw kembali ke sekre buat mengambil sebagian data. alih alih mengerjakan di kantin atau di kosan, gw lebih milih ngerjain di kantin sebelah. Sekitar pukul 5 tetiba adanya yang dateng nyapa gw “mas, ngapain?” Desi tetiba duduk di samping gw, dengan dua orang temannya. “ah ini, nugas” jawab gw sekenanya. Ia memperhatikan laptop serta setumpuk kertas di samping gw, “banyak ya?” tanyanya penasaran. “yah lumayan, namanya juga kerja” jawab gw bersetara dengan menghisap rokok gw kembali. Gw mengcover laptop serta merapikan dokumen yang menumpuk.

Kerjaan ini dapat nanti lagi, toh deadline masih jauh. “yaah kok dimatiin? Ganggu ya mas?” tanya Desi, “enggak kok, emang udah selesai” jawab gw. Desi setelah itu mengajak gw ngobrol, mulai dari hal-hal sepele, sampai ke materi kuliah. Setengah pukul berlalu, langit mulai gelap. Pembicaraan lagi menyenangkan, Desi bertanya banyak Perihal mengenai gw, serta mengenai bu Laras. Ia penasaran layaknya apakah bu Laras, pasal beliau populer di fakultasnya sebagai dosen yang menyeramkan.

“Clar, balik yuk” bisik temannya namun cukup keras sampai gw denger. “lo duluan dah, gw ntar aja” tolak Desi halus. Temannya pergi, Desi mulai bertanya gw lagi. Gw gabisa kabur dari matanya, serta tiap ia tersenyum mata gw layaknya ditarik paksa buat terus melihatnya. serta akhirnya langit berubah gelap. “laper ga? Makan yuk” tanya gw yang mulai terasa laper. “mau siih… tetapi boseen mas di sini mulu” jawab Desi dengan muka manja. “ah aku 6 tahun di sebelah ga adanya bosennya”.

Pernyataan ini menimbulkan rasa penasaran Desi, “kok ga bosen? Bukannya kantinnya gitu-gitu aja ya?” tanya dia kemudian, “suasananya enak, jawab gw”. ia memutar matanya, agak bingung bisa jadi. “mau nyoba makan di sana?” tawar gw setelah itu. “boleh boleh, yuuk!” Desi bersemangat bersetara dengan menarik tangan gw. setelah itu ia sadar, melepaskan tangan gw, agak tertunduk malu, “eh, maaf mas”. Gw mengenakan tas gw, serta memegang jemari Desi, “yuk, relaks aja kali”. Desi menyambut dengan menggenggam tangan gw.

Ga lama emang kami bergandengan, gw langsung melepas tangannya pasal takut dengan regulasi kampus serta problem profesionalitas. 10 menit berjalan akhirnya kami sampai ke kantin fakultas gw. suasana masih sama, banyak anak yang main gitar bersetara dengan nyanyi ga jelas. Kami duduk di pojok, agak jauh dari keramaian. bersetara dengan mengunyah makanan masing-masing, Desi nampak bersenandung mengikuti lagu. “enak ya ampe malem masih rame, pantes betah” celetuknya di tengah makan. “ya gtulah makanya betah”.

Kami selesai makan serta melanjutkan obrolan. “mas, kenapa make blazer terus dah?” tanya Desi tetiba. sesungguhnya gw males buka-bukaan, tetapi yaudalah. Gw ga menjawab tetapi justru membuka blazer gw. “ini kan ngelanggar aturan” jawab gw setelah itu bersetara dengan menunjukan tattoo di pergelangan tangan kiri gw. “cool!” Desi nampak antusias bersetara dengan memegangi kedua tangan gw. “arti gambarnya apakah mas?” tanya Desi yang gw jawab dengan arti tattoo pohon yggdrasil di tangan kiri gw. ia masih antusias serta bertanya mengenai tattoo, ia juga menceritakan sebagian temannya yag mempunyai tattoo.

Perbincangan kami semakin seru. serta tetiba, “panas ya” seru Desi setelah itu bersetara dengan mengibas-kibaskan blazernya. “buka aja sih, ya panas lah, kantin” jawab gw sekenanya. Awalnya Desi nampak menolak, ia sedikit beranalogi setelah itu membuka blazernya, nyatanya kemeja yang dipakainya ialah kemeja dengan tidak lengan. Lengan putih mulus serta siluet area samping dadanya yang bulat membusung terlihat jelas. Mata gw gabisa lepas dari dua bukit yang menjulang serta terlihat jelas. Ga berasa masa menunjukan pukul 9. Desi mengajak gw pulang. Gw menawari dia buat diantar pulang.

Gantian ia bangkit, menjulurkan tangannya, “yuk” ajak Desi bersetara dengan tersenyum. Gw bangkit serta meraih tangannya. lain hal dari gw tadi, ia tak melepaskan pegangan tangannya. Kami berjalan bergandengan hingga sampai ke parkiran dosen. sebenarnya,dari kata-kata Desi , jarak kosannya dari kampus hanya sebatas tembok kampus, tetapi sesegera mungkin muter pasal make mobil.

Di jalan tetiba Desi merangkul tangan kiri gw yang emang steady di tuas gigi, “dingin banget sih mas mobilnya” kata Desi manja. Gw dapat mengalami dadanya menempel di lengan gw, tepat di atas sikut. “ya mau gimana, malem, buka jendela aja?” tanya gw setelah itu dijawab dengan gelengan manja Desi. sepintas gw rasakan bra yang ia gunakan bukan tipe bra yang bergabus tebal, jadi dapat berasa empuk-empuk dadanya.

Sengaja gw naik turunin gigi, biar lengan gw bergerak menyenggol-nyenggol dada Desi. gw beranalogi awalnya ga sengaja ia menyentuhkan dadanya, tetapi sebagian senggolan hingga yang sengaja gw bergerak untuk nyenggol, Desi ga mengganti posisinya. 15 menit serta kami sampai di depan kosan Desi yang nyatanya hanya berjarak 4 rumah dari kosan gw. Malam itu gw kepikiran, sesungguhnya kenapa Desi? apakah dia suka ama gw? atau ini cerita lain pembelajar menjilat dosen demi nilai? Entahlah.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to " Cerita Dewasa Desi Mahasiswi Jilbab Montok serta Seksi "

Posting Komentar