Tembakdalam69
Mingguqq Mingguqq 126domino M88Domino Ceritabokep88

Cerita Ngentot Mantan Murid Body Molek

Tembakdalam69blogspotcom, Cerita Dewasa - Cerita Ngentot Mantan Murid Body Molek. cerita ini berawal dari keberanian manta muridku, Sandi. Tampaknya dari ketika SD dia telah kerap mengintip serta memperhatikan tubuhku yang molek. Sebenernya kisah dewasa ini tidak layak diceritakan. Tapi, apakah mau dianggap perbuatan itu sudah kami lakukan, serta kenikmatan itu ingin kami bagikan disini.

“Aarrgghhh…!!!” saya menjerit “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung laju serta kuat. saya tak dapat bergoyang dalam posisi layaknya itu, tersebutkan saya pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

Cerita Ngentot Mantan Murid Body Molek
Cerita Ngentot Mantan Murid Body Molek
“Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku “Ooohhh, nikmat sekali…, saya keenakan…, nikmat ‘bercinta’ setara Ibu!” Erang Sandi
“Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku “Aku telah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu nikmat bangeet… ”
“Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, saya juga mau keluarr!”

Cerita Mesum Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak jika mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. saya ialah Ibu dari dua anak berumur 44 tahun serta bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.

Kata orang tahi lalat di daguku layaknya Berliana Febriyanti, serta bentuk tubuhku serupa Minati Atmanegara yang tetap kencang di umur yang makin menua. bisa jadi mereka adanya benarnya, tapi saya mempunyai payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan ketimbang artis yang kedua. seluruh karunia itu kudapat dengan work out yang teratur.

Kira-kira 6 tahun yang lantas saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, pasal ia teman baikku serta suamiku tak keberatan akhirnya saya menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. tubuhnya kurus kekar pasal Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat saya masih menjadi guru SD.

Sandi amat sopan serta tahu diri. Dia banyak menolong job rumah serta kerap menemani atau mengantar kedua anakku bila ingin bepergian. Dalam masa sebulan saja dia telah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku kerap mengajaknya main tenis bersama. saya juga menjadi habit dengan kehadirannya, awalnya saya amat merawat penampilanku jika di depannya. saya tak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang area dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan perilaku yang wajar bila saya mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku
Sekitar 3 bulan sehabis kedatangannya, suamiku memperoleh tugas sekolah S-2 keluar negeri sepanjang 2, 5 tahun. saya amat berat melepasnya, pasal saya bingung kaya gimana menyalurkan keperluan menjadi cerita sex-ku yang masih menggebu-gebu. meski usiaku telah tak muda lagi, tetapi saya acap kali melaksanakannya dengan suamiku, paling tak seminggu 5 kali. bisa jadi itu pasal work out yang senantiasa saya jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih layaknya anak muda. serta sekarang dengan kepergiannya otomatis saya sesegera mungkin menahan diri.

Awalnya biasa saja, tetapi sehabis 2 bulan kesepian yang sangat amat menyerangku. Itu bikin saya menjadi uring-uringan serta menjadi malas-malasan. layaknya minggu pagi itu, meski pukul sudah tunjukkan angka 9. pasal kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini saya ingin tidur sepuas-puasnya. sehabis makan, saya lantas tidur-tiduran di sofa di depan TV. tidak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi

Kudengar suara langkahnya mendekatiku.

“Bu Asmi?”. Suaranya berbisik, saya diam saja. Kupejamkan mataku semakin erat. sehabis sebagian saat lengang, seketika saya tercekat ketika mengalami sebuah di pahaku. Kuintip melewati sudut mataku, nyatanya Sandi telah berdiri di samping ranjangku, serta matanya sedang tertuju melihat tubuhku, tangannya memegang area bawah gaunku, saya lupa kalau saya sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apakah lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tidak karuan, saya terus berpura-pura tertidur

“Bu Asmi?”. Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apa tidurku benar-benar nyeyak atau tidak

Aku bikin keputusan buat pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap seluruh sampai keleher
Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku layaknya melompat, saya mencoba tetap tenang supaya pemuda itu tak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, pasal tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tetapi saya yakin ia belum tahu kalau saya pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.

Lalu kurasakan tangannya mencari leherku, bulu kudukku meremang geli, saya mencoba bertahan, saya ingin tahu apakah yang ingin dilakukannya pada tubuhku. tidak lama kemuadian saya mengalami tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia hanya mengelus-elus, saya tetap diam bersetara dengan menikmati elusannya, lantas saya mengalami buah dadaku mulai diremas-remas, saya mengalami layaknya adanya sebuah yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, saya telah lama merindukan sentuhan laki-laki serta kekasaran seorang laki laki. saya bikin keputusan tetap diam sampai saatnya tiba.

Sekarang tangan Sandi sedang berupaya membuka kancing BH-ku dari depan, tidak lama setelah itu kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas serta memilin puting susuku. saya ingin merintih enak tetapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. lantas ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat mengalami kenikmatan isapannya, saya terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua telah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku didampingi gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tak karuan, enak sekali.

Tangan kanan Sandi mulai mencari selangkanganku, lantas kurasakan jarinya meraba vagina yang masih tertutup CD, saya tidak tahu apa vaginaku telah basah apakah belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lantas kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lantas kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah enak sekali. saya sesegera mungkin mengakhiri Sandiwaraku, saya telah tidak tahan lagi, kubuka mataku bersetara dengan menyentakkan tubuhku

“Sandi!! Ngapain kamu?”

Aku berupaya bangun duduk, tetapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. seketika Sandi mecium mulutku secepat kilat, saya berupaya memberontak dengan mengerahkan semua tenagaku. tetapi Sandi semakin keras menekan pundakku, justru kini pemuda itu menindih tubuhku, saya kesusahan bernapas ditindih badannya yang besar serta kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tetapi saya pura-pura menolak.

“Bu,. maafkan aku. telah lama aku ingin mengalami ini, maafkan aku Bu… ” Sandi melepaskan ciumannya lantas memandangku dengan perhatian meminta

“Kamu kan dapat denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan telah tua,” Ujarku lembut

“Tapi aku telah tergila-gila dengan Bu Asmi. Saat SD aku kerap mengintip BH yang Ibu gunakan… aku akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya,” jawab Sandi

“Ah kamu… Ya telah terserah kamu sajalah”

Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku telah tak tahan ingin dijamah olehnya
Lalu Sandi melumat bibirku serta pelan-pelan saya meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. buat membuatnya makin membara, saya minta izin ke WC yang adanya di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka seluruh pakaian yang adanya di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda layaknya Sandi terangsang menatap tubuhku ini? Perduli sangat yang serius saya ingin mengalami kaya gimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.

Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak menatap badan sintalku yang tak berpenutup sehelai benangpun.

“Body Ibu bagus banget. ” dia memuji sembari mengecup putting susuku yang telah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. lantas diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas serta diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan amat bernafsu

“Ibu hebat…,” desisnya

“Apanya yang hebat?”. Tanyaku bersetara dengan mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher

“Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan aku SD dulu” Katanya bersetara dengan terus melumat puting susuku. enak sekali

“Itu pasal Ibu teratur olahraga” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lantas duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sedangkan saya berlutut meraih batang penisnya, sehingga sekarang kami sama-sama bugil.

Agak lama saya mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku

“Masukin aja yuk, Ibu telah ingin ngerasain penis kamu San!” Cegahku bersetara dengan menciumnya

Sandi tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya ?” godanya

“Kamu juga telah enggak kuatkan sesungguhnya San,” Balasku bersetara dengan mencubit perutnya yang berotot

Sandi tersenyum lantas menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. nyatanya Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik makin tinggi dalam masa yang amat singkat. berasa vaginaku makin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.

Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tak dengan cepat memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lantas diciuminya kedua pahaku area belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.

Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, badan kami berimpitan dengan posisi saya membelakangi Sandi, lantas diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, serta sesekali pipiku. sedangkan itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. berasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.

“Vagina Ibu bagus, tebel, pasti nikmat ‘bercinta’ setara Ibu…,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya telah amat parau, pertanda birahinya pun setara tingginya dengan aku. saya tak dapat bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilaksanakan Sandi, hingga berasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.

Mataku terpejam rapat, seakan tidak bisa lagi membuka. berasa nafas Sandi makin memburu, sedangkan ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam serta meremas gemas buah dadaku, sedangkan yang kanan mengangkat sebelah pahaku makin tinggi. Lalu…, berasa sesuatu benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia sudah memasukkan rudalnya…!!!

Sejenak saya tak bisa bereaksi setara sekali, melainkan cuma menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. berasa penuh, enak luar biasa

“Oohh…,” sesaat setelah itu saya mulai bereaksi tidak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sedangkan Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tidak terkendali

“Saann, penismu enaaak…!!!,” kataku setengah menjerit

Sandi tak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya laju serta kuat, bahkan lebih memilih kasar. jelas saja saja saya makin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu layaknya hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar

“Oohh…, toloongg,. gustii…!!!”

Sandi justru makin bersemangat mendengar jerit serta rintihanku. saya makin erotis
“Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!!”

Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, terlebih jika dengan batang penis yang luar biasa keras serta kaku. meskipun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi setara sekali tak kesusahan menyodokkan batang kemaluannya terhadap vaginaku. Orgasmeku laju sekali berasa akan meledak

“Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!” saya menjerit-jerit

“Yah, yah, yah, saya juga, saya juga! nikmat banget ‘bercinta’ setara Ibu!” Sandi menyodok-nyodok makin kencang

“Sodok terus, Saann!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”

“Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok terus penismuuu…!”

“Oh, ah, uuugghhh… ”

“Enaaak…, penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss…”

Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sedangkan paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. berasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. saya orgasme!

Sesaat saya layaknya melayang, tak ingat apa-apa kecuali enak yang tak terkatakan. bisa jadi telah adanya lima tahun saya tidak mengalami kenikmatan layaknya ini. Sandi mengecup-ngecup pipi dan daun telingaku. sebentar dia membiarkan saya memanage nafas, sebelum setelah itu dia memintaku menungging. saya baru sadar jikalau nyatanya dia belum mencapai orgasme

Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai dampak orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar serta panjang itu tetap menancap dalam vaginaku

Lalu perlahan berasa dia mulai mengayun pinggulnya. nyatanya dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal jelas saja trip birahinya telah cukup tinggi tadi

Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. tak berapa lama, vaginaku mulai berasa nikmat kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi dengan cepat menunduk, dikecupnya pipiku

“San. Kamu hebat banget. Ibu kira tadi kamu telah hampir keluar,” kataku terus terang

“Emangnya Ibu suka kalau saya cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku

Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. lantas dia menggenjot lebih laju. Dia layaknya mengenali jikalau saya mulai keenakan lagi. tersebutkan kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri serta ke kanan

Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lantas gerakannya jadi lebih kuat serta laju. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. saya mulai mengerang-erang lagi

“Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, penismu nikmat bangeett… Ssann!!”

Sandi tak bersuara, melainkan menggecak-gecak makin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. saya menjerit-jerit. laju sekali, birahiku merambat naik makin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini dengan cepat akan mencapai klimaks. tersebutkan kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi.

Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun dengan cepat akan orgasme
Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. saya berbalik laju. lantas kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat terhadap pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lantas batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga

“Aarrgghhh…!!!” saya menjerit

“Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung laju serta kuat. saya tak dapat bergoyang dalam posisi layaknya itu, tersebutkan saya pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat

“Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku

“Ooohhh, nikmat sekali…, saya keenakan…, nikmat ‘bercinta’ setara Ibu!” Erang Sandi

“Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku

“Aku telah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu nikmat bangeet… ”

“Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, saya juga mau keluarr!”

“Ah, oh, uughhh, saya enggak tahan, saya enggak tahan, saya mau keluaaar…!”

“Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu nikmat enak, Ibu enak, Saann…, saya mau keluar, saya mau keluar, vaginaku keenakan, saya keenakan ‘bercinta’ setara kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”

Tubuhku mengejang sesaat sedangkan otot vaginaku berasa berdenyut-denyut kencang. saya menjerit panjang, tidak kuasa menahan nikmatnya orgasme. terhadap saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku

“Oohhh…!!!” dia pun menjerit, sedangkan berasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tidak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam masa persis berserentakan layaknya itu

Lalu badan kami sama-sama melunglai, tapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku intim sekali. sebentar kami sama-sama sIbuk memanage nafas

“Enak banget,” bisik Sandi sebagian saat kemudian

“Hmmm…” saya menggeliat manja. berasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku

“Vagina Ibu nikmat banget, dapat nyedot-nyedot gitu…”

“Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…”

Sandi bergerak menciumi saya lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lantas kepalanya menyusup mencium ketiakku. saya mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tetapi enak. terlebih jika setelah itu lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku
Sandi lantas menetek layaknya bayi. saya mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi pasal kelakuannya itu bikin birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lantas berkata,

“Aku dapat enggak puas-puas ‘bercinta’ setara Ibu… Ibu juga suka kan?”

Aku tersenyum saja, serta itu telah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. sehabis break sebentar di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu adanya 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali saya mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tidak bertenaga
Hampir tak tidur setara sekali, tetapi saya tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya saya kuyu sekali. Teman-teman banyak yang menduga saya sakit, padahal saya itu malah sedang happy, selepas bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to " Cerita Ngentot Mantan Murid Body Molek "

Posting Komentar