Tembakdalam69
Mingguqq Mingguqq 126domino M88Domino Ceritabokep88

Cerita Mesum Larangan Percintaan Dengan Atasanku

Tembakdalam69blogspotcom,. Cerita Sex - Cerita Mesum Larangan Percintaan Dengan Atasanku. Mbak Lia kurang lebih baru 2 minggu bekerja sebagai atasanku sebagai Accounting Manager. Sebagai atasan baru, ia kerap memanggilku ke ruang kerjanya buat memaparkan overbudget yang berlangsung terhadap bulan sebelumnya, atau buat memaparkan report mingguan yang kubuat. saya sendiri telah diantaranya staf senior. tetapi bisa jadi pasal latar belakang pendidikanku tak cukup mendukung, management bikin keputusan merekrutnya. Ia berasal dari sesuatu perusahaan konsultan keuangan menurut Cerita Dewasa.

Cerita Mesum Usianya kutaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Sebagai atasan, lebih awal kupanggil “Bu”, meski usiaku sendiri 10 tahun di atasnya. tetapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia menyebutkan lebih suka jika di panggil “Mbak”. dari ketika saat itu mulai terbina suasana serta kaitan kerja yang hangat, tak terlampau formal.

Cerita Mesum Larangan Percintaan Dengan Atasanku
Cerita Mesum Larangan Percintaan Dengan Atasanku
Terutama pasal perilakunya yang ramah. Ia kerap langsung menyebut namaku, sesekali jika sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”

Dan dengan tidak kusadari pula, diam-diam saya merasa betah serta nyaman jika memandang wajahnya yang cantik serta lembut menawan. Ia jelas jelas menawan pasal sepasang bola matanya sewaktu-waktu bisa bernar-binar, atau melihat dengan tajam. tetapi di balik itu semua, nyatanya ia suka mendikte. bisa jadi pasal sudah menempati jabatan yang cukup tinggi dalam umur yang relatif muda, kepercayaan pribadinya pun cukup tinggi buat menyuruh seseorang melakukan apakah yang diinginkannya.

Mbak Lia senantiasa berpakaian formal. Ia senantiasa mengenakan blus serta rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut. jika sedang Berposisi di ruang kerjanya, diam-diam saya pun kerap memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. meski area bawah roknya lebar, tapi saya bisa menatap pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. amat menarik, tak besar tapi jelas bentuknya membongkah, mendorong mata lelaki memprediksi buat mereka-reka keindahannya

Di dalam ruang kerjanya yang besar, persis di samping meja kerjanya, terkandung seperangkat sofa yang kerap dipergunakannya mendapat tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, jelas saja senantiasa adanya pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilaksanakan di ruang kerjanya alih alih di ruang rapat.

Aku merasa beruntung jika dipanggil Mbak Lia buat membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. saya senantiasa duduk persis di depannya. serta jika kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius, ia tak merasai roknya yang agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. saya bisa melirik beberapa kulit paha yang berwarna gading.

Kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga saya berupaya buat mengintip ujung pahanya. tetapi mataku senantiasa terbentur dalam kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi serta kedua lututnya lebih terbuka, jelas saja akan bisa kupastikan apa bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di selama paha hingga ke pangkalnya. jika kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yang indah serta bersih. Terawat. Ketika saya terlena melihat kakinya, seketika saya dikejutkan oleh persoalan Mbak Lia.

“Jhony, saya merasa jikalau kau kerap melirik ke arah betisku. apa dugaanku salah?” saya terdiam sebentar bersetara dengan tersenyum buat menyembunyikan jantungku yang seketika berdebar

“Jhony, salahkah dugaanku?”

“Hmm,. ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Mbak Lia tersenyum bersetara dengan melihat mataku
“Mengapa?”

Aku membisu. berasa amat berat menjawab persoalan sederhana itu. tetapi ketika menengadah melihat wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku

“Saya suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Dan,”. sehabis menarik nafas panjang, kukatakan sebab mengapa sebenarnya

“Saya juga kerap menduga-duga, apa kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu”

“Persis layaknya yang kuduga, kau pasti berkata jujur, apakah adanya,” kata Mbak Tia bersetara dengan sedikit memaksa kursi rodanya

“Agar kau tak penasaran menduga-duga, kaya gimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

“Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku bersetara dengan membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda buat mencairkan pembicaraan yang kaku itu

“Kompensasinya apa?”

“Sebagai rasa hormat serta gejala terima kasih, akan kuberikan sesuatu ciuman”

“Bagus, saya suka. area mana yang akan kau cium?”

“Betis yang indah itu!”

“Hanya sesuatu ciuman?”

“Seribu kali pun saya bersedia”
Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia berupaya manahan tawanya

“Dan saya yang mematokkan di area mana saja yang sesegera mungkin kau cium, OK?”

“Deal, my lady!”

“I like it!” kata Mbak Lia bersetara dengan bangkit dari sofa

Cerita Ngentot Ia melangkah ke mejanya lantas menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. sehabis menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yang besar serta empuk itu, Mbak Lia tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang memerlukan sanjungan serta pujaan

“Periksalah, Jhony. Berlutut di depanku!” saya membisu. Terpana mendengar perintahnya

“Kau tak ingin memeriksanya, Jhony?” tanya Mbak Lia bersetara dengan sedikit merenggangkan kedua lututnya

Sejenak, saya berupaya meredakan debar-debar jantungku. saya belum pernah diperintah layaknya itu. terlebih jika diperintah buat berlutut oleh seorang perempuan. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya

“Jhony, kau tahu warna apakah yang tersembunyi di pangkal pahaku?” saya menggeleng lemah, seolah adanya kekuatan yang seketika merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku
Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Akhirnya saya bangkit menghampirinya, serta berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku sebagian kali, lantas berpindah ke rambutku, serta sedikit menekan kepalaku supaya menunduk ke arah kakinya

“Ingin tahu warnanya?” saya mengangguk tidak berdaya

“Kunci dulu pintu itu,” katanya bersetara dengan menunjuk pintu ruang kerjanya. serta dengan patuh saya melakukan perintahnya, setelah itu berlutut kembali di depannya

Mbak Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat layaknya bermalas-malasan. terhadap saat itulah saya memperoleh kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya. serta kali ini tatapanku terbentur terhadap secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalam hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, saya masih sempat menatap bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang cuma selebar kira-kira dua jari itu terlampau kecil buat menyembunyikan seluruh bulu yang mengitari pangkal pahanya.

Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu “Suka?” saya mengangguk bersetara dengan mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.

Ujung hak sepatunya berasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. lantas saya menengadah. bersetara dengan melepaskan sepatu itu. Mbak Tia mengangguk. tidak adanya komentar penolakan. saya menunduk kembali.

Mengelus-elus pergelangan kakinya. Kakinya mulus dengan tidak cacat. nyatanya betisnya yang berwarna gading itu mulus dengan tidak bulu halus. tetapi di area atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman. amat kontras dengan warna kulitnya. saya terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga,. hingga. Aah, saya menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai berasa sesak. Wajahku amat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku nyatanya bikin bulu-bulu itu meremang

“Indah sekali,” kataku bersetara dengan mengelus-elus betisnya. Kenyal

“Suka, Jhony?” saya mengangguk

“Tunjukkan jikalau kau suka. menunjukkan jikalau betisku indah!”

Aku mengangkat kaki Mbak Lia dari lututku. bersetara dengan tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. saya sedikit membungkuk supaya bisa mengecup pergelangan kakinya. terhadap kecupan yang kedua, saya menjulurkan lidah supaya bisa mengecup bersetara dengan menjilat, mencicipi kaki indah itu. dampak kecupanku, Mbak Lia membuat turun paha kanan dari paha kirinya. serta tidak sengaja, kembali mataku terpesona menatap area dalam kanannya. pasal ingin menatap lebih jelas, kugigit area bawah roknya lantas menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lantas ujung jari-jari tangan Mbak Lia mengangkat daguku. saya menengadah

“Kurang jelas, Jhony?” saya mengangguk
Mbak Lia tersenyum nakal bersetara dengan mengusap-usap rambutku. lantas telapak tangannya menekan area belakang kepalaku sehingga saya menunduk kembali. Di depan mataku sekarang terpampang keindahan pahanya. tidak pernah saya menatap paha semulus serta seindah itu. area atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman. area dalamnya juga ditumbuhi tapi tak selebat area atasnya, serta warna kehitaman itu agak memudar. amat kontras dengan pahanya yang berwarna gading.

Aku merinding. pasal ingin menatap paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi bersetara dengan mengecup area dalam lututnya. serta paha itu makin jelas. Menawan. Di paha area belakang mulus dengan tidak bulu. pasal gemas, kukecup berulang kali. Ciuman makin lama makin tinggi. serta ketika cuma berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang panas serta basah.

Sekarang hidungku amat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. pasal amat dekat, meski tersembunyi, dengan jelas bisa kulihat bayangan bibir kewanitaannya. adanya segaris kebasahan terselip membayang di area tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya. bersetara dengan melihat pesona di depan mataku, saya menarik nafas dalam-dalam. Tercium aroma segar yang membuatku menjadi makin tidak berdaya. Aroma yang memaksaku terperangkap di antara kedua pisah paha Mbak Lia. Ingin kusergap aroma itu serta menjilat kemulusannya.

Mbak Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. bersetara dengan mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya makin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha

“Suka Jhony?”

“Hmm. Hmm!”. jawabku bergumam bersetara dengan memindahkan ciuman ke betis serta lutut kirinya.

Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, serta meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Mbak Lia menggelinjang bersetara dengan menarik rambutku dengan manja. lantas ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha area dalam serta makin lama makin mendekati pangkal pahanya, berasa tarikan di rambutku makin keras. serta ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, seketika Mbak Lia memaksa kepalaku

Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. tidak lama kemudian, bersetara dengan tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lantas menekuk serta meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang amat memabukkan. Sebelah kaki menekuk serta terbuka lebar di atas kursi, serta yang sebelah lagi menjuntai ke karpet.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to " Cerita Mesum Larangan Percintaan Dengan Atasanku "

Posting Komentar